Langsung ke konten utama

Alat ukur kekasaran permukaan



BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
            Seiring dengan di pelajarinya mata kuliah Metrologi Industri pada semester ini. Kami diberi tugas oleh Dosen pengasuh mata kuliah ini untuk membuat makalah tentang mata kuliah Metrologi Industri yang berjudul Alat Ukur Kekasaran Permukaan. Makalah ini dibuat sebagai pemenuhan tugas yang diberikan kepada kami. Makalah ini berisi tentang pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan mata kuliah Metrologi Industri khususnya yang berkaitan langsung dengan pengukuran yang bermanfaat dalam dunia kerja.
Pada proses pembuatan komponen alat-alat industri ataupun pemesinan yang menggunakan mesin perkakas memiliki tingkat kekasaran yang berbeda-beda. Sedangkan dalam proses assembly suatu alat dibutuhkan tingkat kekasaran yang baik pada beberapa komponen. Seperti pemasangan poros dengan lubang dan lain sebagainya. Kekasaran permukaan sangat berpengaruh pada kualitas assembly suatu komponen, karena semakin baik kekasaran permukaan yang digunakan maka akan semakin bagus alat tersebut dalam beroperasi. Pada metrologi dan kontrol kualitas di bahas cara untuk memahami dan mengidentifikasi suatu kekasaran permukaan pada suatu profil. Untuk menunjang materi kekasaran permukaan yang dijelaskan dalam metrologi dan kontrol kualitas dilakukan penyusunan makalah tentang alat ukur kekasaran permukaan.
1.2       Tujuan
1.      Mahasiswa dapat memahami cara kerja alat ukur kekasaran permukaan.
2.      Mahasiswa dapat mengenal alat kekasaran permukaan.
3.      Mahasiswa mampu mendapatkan parameter-parameter yang dibutuhkan dalam menganalisa kekasaran permukaan suatu profil.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1       Pengukuran Kekasaran Permukaan
Salah satu karakteristik geometris yang ideal dari suatu komponen adalah permukaan yang halus. Dalam prakteknya memang tidak mungkin untuk mendapatkan suatu komponen dengan permukaan yang betul-betul halus. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya faktor manusia (operator) dan faktor-faktor dari mesin-mesin yang digunakan untuk membuatnya. Akan tetapi, dengan kemajuan teknologi terus berusaha membuat peralatan yang mampu membentuk permukaan komponen degan tingkat kehalusan yang cukup tinggi menurut standar ukuran yang berlaku dalam metrologi yang dikemukakan oleh para ahli pengukuran geometris benda melalui pengalaman penelitian.
Tingkat kehalusan suatu permukaan memang peranan yang sangat penting dalam perencanaan suatu komponen mesin khususnya yang menyangkut masalah gesekan pelumasan, keausan, tahanan terhadap kelelahan dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam perencanaan dan pembuatannya harus dipertimbangkan terlebih dulu mengenai peralatan mesin yang mana harus digunakan untuk membuatnya serta berapa ongkos yang harus dikeluarkan. Agar proses pembuatannya tidak terjadi penyimpangan yang berati maka karakteristik permukaan ini harus dapat dipahami oleh perencana lebih-lebih lagi oleh operator. Komunikasi karakteristik permukaan biasanya dilakukan dalam gambar teknik. Akan tetapi untuk menjelaskan secara sempurna mengenai karakteristik suatu permukaan nampaknya sulit.
Walaupun hingga saat ini sudah banyak parameter yang digunakan dalam pembahasan karakteristik permukaan, namun belum ada suatu parameter yang menjelaskan secara sempurna mengenai keadaan yang sesungguhnya dari permukaan. Untuk pembahasan selanjutnya mengenai kekasaran permukaan maka terlebih dahulu perlu dibicarakan mengenai batasan dan beberapa parameter penting yang ada kaitannya dengan kekasaran/kehalusan permukaan yang hingga saat ini masih banyak dipakai dalam praktek. Beberapa peralatan yang bisa digunakan untuk memeriksa kehalusan permukaan ini juga akan disinggung.

2.1.1    Batasan Permukaan dan Parameter-parameternya
A. Permukaan
Menurut istilah keteknikan, permukaan adalah suatu batas yang memisahkan benda padat dengan sekitarnya. Dalam prakteknya, bahan yang digunakan untuk benda kebanyakan dari besi atau logam. Oleh karena itu, benda-benda padat yang bahannya terbuat dari tanah, batu, kayu dan karet tidak akan disinggung dalam pembicaraan mengenai karakteristik permukaan dan pengukurannya.
Kadang-kadang ada pula istilah lain yang berkaitan dengan permukaan yaitu profil. Istilah profil sering disebut dengan istilah lain yaitu bentuk. Profil atau bentuk yang dikaitkan dengan istilah permukaan mempunyai arti tersendiri yaitu garis hasil pemotongan secara normal atau serong dari suatu penampang permukaan. Untuk mengukur dan menganalisis suatu permukaan dalam tiga dimensi adalah sulit.
Oleh karena itu, untuk mempermudah pengukuran maka penampang permukaan perlu dipotong. Cara pemotongan biasanya ada empat cara yaitu pemotongan normal, serong, singgung dan pemotongan singgung dengan jarak kedalaman yang sama. Garis hasil pemotongan inilah yang disebut dengan istilah profil, dalam kaitannya dengan permukaan. Dalam analisisnya hanya dibatasi pada pemotongan secara normal. Gambar 2.1. menunjukkan perbedaan antara bidang dan profil.


Gambar 2.1. Bidang dan Profil Pada Penampang Permukan
Dengan melihat profil ini maka bentuk dari suatu permukaan pada
dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu permukaan yang kasar (roughness) dan permukaan yang bergelombang (waviness). Permukaan
yang kasar berbentuk gelombang pendek yang tidak teratur dan terjadi karena getaran pisau (pahat) potong atau proporsi yang kurang tepat dari pemakanan (feed) pisau potong dalam proses pembuatannya.
Sedangkan permukaan yang bergelombang mempunyai bentuk gelombang yang lebih panjang dan tidak teratur yang dapat terjadi karena beberapa faktor misalnya posisi senter yang tidak tepat, adanya gerakan tidak lurus (non linier) dari pemakanan (feed), getaran mesin, tidak imbangnya (balance) batu gerinda, perlakuan panas (heat treatment) yang kurang baik, dan sebagainya. Dari kekasaran (roughness) dan gelombang (wanivess) inilah kemudian timbul kesalahan bentuk. Untuk lebih jelasnya lihat Gambar 2.2. berikut ini.
Gambar 2.2. Kekasaran, Gelombang dan Kesalahan Bentuk
Dari Suatu Permukaan
Secara lebih rinci lagi, ketidakteraturan dari bentuk permukaan dapat dibedakan menjadi empat tingkat, yaitu:
Tingkat Pertama
Gambar 2.3. Tingkat Pertama Ketidakteraturan Bentuk Permukaan
adalah tingkat yang menunjukkan adanya kesalahan bentuk (form error) seperti tampak pada gambar disamping. Faktor penyebabnya antara lain karena lenturan dari mesin perkakas dan benda kerja, kesalahan pada pencekaman benda kerja, pengaruh proses pengerasan (hardening).
Tingkat Kedua
Gambar 2.4. Tingkat Kedua Ketidakteraturan Bentuk Permukaan
adalah profil permukaan yang berbentuk gelombang. Penyebabnya antara lain karena adanya kesalahan bentuk pada pisau (pahat) potong, posisi senter yang kurang tepat, adanya getaran pada waktu proses pemotongan.
Tingkat Ketiga
Gambar 2.5. Tingkat Ketiga Ketidakteraturan Bentuk Permukaan
adalah profil permukaan yang berbentuk alur (grooves). Penyebabnya antara lain karena adanya bekas-bekas proses pemotongan akibat bentuk pisau potong yang salah atau gerak pemakanan yang kurang tepat (feed).


Tingkat Keempat
Gambar 2.6. Tingkat Keempat Ketidakteraturan Bentuk Permukaan
adalah profil permukaan yang berbentuk serpihan (flakes). Penyebabnya antara lain karena adanya tatal (beram) pada proses pengerjaan, pengaruh proses electroplating.
Sedangkan gabungan dari karakteristik profil permukaan dari tingkat pertama sampai tingkat keempat menghasilkan profil permukaan seperti gambar ini:
Gambar 2.7. Gabungan Ketidakteraturan Bentuk Permukaan
B. Parameter-parameter Permukaan
Sebelum membicarakan parameter-parameter permukaan perlu dibicarakan terlebih dulu mengenai profil permukaan.
1. Profil Geometris Ideal (Geometrically Ideal Profile)
Profil ini merupakan profil dari geometris permukaan yang ideal yang tidak mungkin diperoleh dikarenakan banyaknya faktor yang mempengaruhi dalam proses pembuatannya. Bentuk dari profil geometris ideal ini dapat berupa garis lurus, lingkaran, dan garis lengkung.
2. Profil Referensi (Reference Profile)
Profil ini digunakan sebagai dasar dalam menganalisis karakteistik dari suatu permukaan. Bentuknya sama dengan bentuk profil geometris ideal, tetapi tepat menyinggung puncak tertinggi dari profil terukur pada panjang sampel yang diambil dalam pengukuran.
3. Profil Terukur (Measured Profile)
Profil terukur adalah profil dari suatu permukaan yang diperoleh melalui proses pengukuran. Profil inilah yang dijadikan sebagai data untuk menganalisis karakteristik kekasaran permukaan produk pemesinan.
4. Profile Dasar (Root Profile)
Profil dasar adalah profil referensi yang digeserkan kebawah hingga tepat pada titik paling rendah pada profil terukur.
5. Profile Tengah (Centre Profile)
Profil tengah adalah profil yang berada ditengah-tengah dengan posisi sedemikian rupa sehingga jumlah luas bagian atas profil tengah sampai pada profil terukur sama dengan jumlah luas bagian bawah profil tengah sampai pada profil terukur. Profil tengah ini sebetulnya merupakan profil referensi yang digeserkan kebawah dengan arah tegak lurus terhadap profil geometris ideal sampai pada batas tertentu yang membagi luas penampang permukaan menjadi dua bagian yang sama yaitu atas dan bawah.
Untuk lebih memperjelas dimana posisi dari profil geometis ideal, profil terukur, profil referensi, profil dasar, dan profil tengah, dapat dilihat Gambar 2.8. berikut ini.
Gambar 2.8. Profil Suatu Permukaan

Beberapa parameter yang bisa dijabarkan dari profil-profil yang tela disebutkan diatas antara lain adalah:
6. Kedalaman Total (Peak to Valley), Rt
Kedalaman total ini adalah besarnya jarak dari profil referensi sampai dengan profil dasar. Satuannya adalah dalam micron (µm). Lihat Gambar 2.9.
7. Kedalaman Perataan (Peak to Mean Line), Rp
Kedalaman perataan (Rp) merupakan jarak rata-rata dari profil referensi sampai dengan profil terukur. Bila juga dikatakan bahwa kedalaman perataan merupakan jarak antara profil tengah dengan profil referensi. Lihat Gambar 2.9.
Gambar 2.9. Kedalaman Total dan Kedalaman Perataan
8. Kekasaran Rata-rata Aritnetis (Mean Roughness Indec/Center Line Average, CLA), Ra
Kekasaran rata-rata merupakan harga-harga rata-rata secara aritmetis dari harga absolut antara harga profil terukur dengan profil tengah.
Menentukan kekasaran rata-rata (Ra) dapat pula dilakukan secara grafis. Adapun caranya adalah sebagai berikut :
Pertama, gambarkan sebuah garis lurus pada penampang permukaan yang diperoleh dari pengukuran (profil terukur) yaitu garis X – X yang posisinya tepat menyentuh lembah paling dalam, gambar 2.10a.
Kedua, ambil sampel panjang pengukuran sepanjang L yang memungkinkan memuat sejumlah bentuk gelombang yang hampir sama.
Ketiga, ambil luasan daerah A di bawah kurve dangan menggunakan planimeter atau dengan metode ordinat. Dengan demikian diperoleh jarak garis center C – C terhadap garis X – X secara tegak lurus yang besarnya adalah:
Keempat, sekarang diperoleh suatu garis yang membagi profil terukur menjadi dua bagian yang hampir sama luasnya, yaitu luasan daerah di atas (P1 + P2 + ... dan seterusnya) dan luasan daerah di bawah (Q1 + Q2 + ... + dan seterusnya). Lihat gambar 2.10b. Dengan demikian maka Ra dapat ditentukan besarnya yaitu:
Dimana:
Vv = perbesaran vertikal. Luas P dan Q dalam milimeter
L   = panjang sampel pengukuran dalam milimeter
Gambar 2.10a. Menentukan Kekasaran Rata-rata Ra
Gambar 2.10b. Menentukan Kekasaran Rata-rata Ra
Kekasaran rata-rata dari puncak ke lembah, Rz sebetulnya hampir sama dengan kekasaran rata-rata aritmetis Ra, tetapi cara menentukan Rz adalah lebih mudah daripada menentukan Ra, Gambar 2.11. menunjukkan cara menentukan Rz. Sampel pengukuran diambil sejumlah profil yang memuat, misalnya 10 daerah yaitu 5 daerah puncak dan 5 daerah lembah.
Gambar 2.11. Menentukan Kekasaran Rata-rata Dari Puncak ke Lembah
Kemudian buat garis lurus horizontal di bawah profil permukaan. Tarik garis tegak lurus dari masing-masing ujung puncak dan lembah ke garis horizontal. Dengan cara ini maka diperoleh harga Rz yang besarnya adalah:
Toleransi Harga Ra
Seperti halnya toleransi ukuran (lubang dan poros), harga kekasaran rata-rata aritmetis Ra juga mempunyai harga toleransi kekasaran. Dengan demikian masing-masing harga kekasaran mempunyai kelas kekasaran yaitu dari N1 sampai N12. Besarnya toleransi untuk Ra biasanya diambil antara 50% ke atas dan 25% ke bawah. Tabel 1 menunjukkan harga kekasaran rata-rata beserta toleransinya.
Tabel 1. Toleransi Harga Kekasaran Rata-rata Ra
Toleransi harga kekasaran rata-rata, Ra dari suatu permukaan tergantung pada proses pengerjaannya. Hasil penyelesaian permukaan dengan menggunakan mesin gerinda sudah tentu lebih halus dari pada dengan menggunakan mesin bubut. Tabel 2 berikut ini memberikan contoh harga kelas kekasaran rata-rata menurut proses pengerjaannya.
Tabel 2. Tingkat Kekasaran Rata-rata Permukaan Menurut Proses Pengerjaannya
9. Kekasaran Rata-rata Kuadratis (Root Mean Square Height), Rg
Besarnya harga kekasaran rata-rata kuadratis ini adalah jarak kuadrat rata-rata dari harga profil terukur sampai dengan profil tengah. Pada arah mendatar juga terdapat beberapa parameter yang bisa digunakan untuk menjelaskan ketidakteraturan permukaan. Parameter-parameter tersebut antara lain:
a.  Lebar Gelombang (Waviness Width), Aw
Lebar gelombang adalah jarak rata-rata aritmetis dari jumlah jarak awi yang terletak di antara dua puncak gelombang pada profil terukur yang letaknya berdekatan dengan panjang sampel pengukuran sw. Satuan dari lebar gelombang adalah dalam milimeter. Lihat gambar 2.12.
b.  Lebar Kekasaran (Roughness Width), Ar
Lebar kekasaran adalah jarak rata-rata aritmetis dari jumlah jarak ari yang terletak di antara dua puncak kekasaran pada profil terukur yang letaknya berdekatan dengan panjang sampel pengukuran s. Satuan dari lebar kekasaran juga dalam milimeter. Lihat gambar 2.12.
Gambar 2.12. Lebar Gelombang dan Lebar Kekasaran
2.1.2    Parameter Lain Dari Permukaan
Untuk menjelaskan parameter lain yang dapat memberikan keterangan tambahan bagi ketidakteraturan dari suatu permukaan maka perlu kiranya dilukiskan suatu profil permukaan yang agak berlebihan. Gambar 2.13a. dan Gambar 2.13b. menunjukkan suatu profil permukaan dengan bentuk puncak seperti duri dan bentuk lembah yang sempit dan dalam. Bila dari kedua profil ini ditarik harga Ra maka nampak bahwa harga Ra dari profil yang atas hampir sama dengan harga Ra dari profil yang bawah. Hal yang sama juga berlaku untuk harga Rt. Sedangkan untuk harga Rp nampak ada perbedaan antara kedua profil tersebut. Agar informasi mengenai permukaan lebih lengkap perlu dikemukakan parameter yang lain yaitu parameter bentuk.
Gambar 2.13a. Profil Permukaan Yang Dilukiskan Berduri
Gambar 2.13b. Profil Permukaan Yang Dilukiskan Berlembah
A. Parameter Bentuk
Parameter ini dapat dijelaskan dengan menganalisis hubungan antara Rp dan Rt sehingga didapatkan suatu angka yang disebut dengan koefisien lekukan (Ku) dan koefisien kelurusan (Kv). Koefisien lekukan (Ku) dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
Sedangkan koefisien kelurusan (Kv) dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
Pada Gambar 2.12 digambarkan adanya bentuk gelombang dan kekasaran untuk profil permukaan. Kombinasi dari bentuk gelombang dan kekasaran selalu terdapat dalam ketidak teraturan suatu permukaan. Oleh karena itu, dalam pemeriksaan kekasaran permukaan sedapat mungkin dipisahkan antara gelombang dan kekasaran. Dengan mengambil dua buah sampel yang berbeda panjangnya maka dapat dipisahkan bentuk gelombang dari kekasaran, yaitu untuk gelombang panjang sampelnya lebih panjang dari pada untuk kekasaran. Dari cara ini diperoleh parameter yang lain lagi dari profil permukaan yaitu ketinggian gelombang (W) (waviness height), lihat Gambar 2.14.
Gambar 2.14. Tinggi Gelombang Pada Permukaan
Besarnya tinggi gelombang ini bisa ditentukan dengan mengurangkan harga Rt, dari panjang sampel gelombang dengan harga rata-rata aritmetis, Rt dari panjang sampel kekasaran yang diambil pada panjang sampel gelombang tersebut di atas. Dalam bentuk persamaan, tinggi gelombang W dapat ditulis sebagai berikut:
Dari penjelasan-penjelasan di atas maka dapat disebutkan di sini beberapa parameter dari suatu permukaan, yaitu: kedalam total (Rt), kedalaman perataan (Rp), kekasaran rata-rata aritmetis (Ra), kekasaran rata-rata kuadratis (Rg) dan koefisien lekukan (Ku). Dengan menggunakan rumus matematis maka dapat dicari besarnya harga parameterparameter di atas. Secara teoritis dapat dilukiskan suatu profil permukaan dengan harga-hara parameternya seperti tampak pada Tabel 2. Dalam tabel tersebut nampak bahwa profil permukaan secara teoritis dilukiskan agak berlebihan, seolah-olah mempunyai bentuk yang begitu teratur. Hal ini sebetulnya hanyalah salah satu cara untuk menjelaskan karakteristik suatu permukaan yang memang sangat komplek.
Melihat Tabel 2 maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yang cukup berarti. Adapun kesimpulan-kesimpulan tersebut antara lain adalah
Tabel 3. Profil-profil Teoritis Dan Harga Parameternya
1.  Untuk harga  pada semua bentuk profil ternyata hampir sama, yaitu sekitar 1.2. Dari keadaan ini maka dapat pula dikatakan bahwa parameter Rg dan Ra memiliki informasi yang sederajat dalam menjelaskan karakteristik dari suatu permukaan.
2.  Harga-harga  dan  ternyata tidak begitu banyak dipengaruhi oleh bentuk-bentuk profil teoritis yang dikemukakan. Hal ini berarti harga-harga perbandingan dari parameter Ra, Rg, dan Rt kurang dapat memberikan informasi yang lengkap dalam menjelaskan karakteristik permukaan.
3.   Harga koefisien  untuk semua profil teoritis ternyata terletak pada selang antara 0.2 dan 0.8. Harga ini menunjukkan bahwa parameter Rp dan Rt agaknya lebih berarti dalam menjelaskan karakteristik permukaan ditinjau dari angka perbandingan harga parameternya dan pada perbandingan harga parameter-parameter yang lain. Oleh karena itu, perbandingan harga   ini disebut dengan istilah koefisien lekukan, Ku.
Dari pembahasan-pembahasan di muka nampaknya parameter Ra lebih banyak dibicarakan dalam menjelaskan karakteristik permukaan. Parameter Ra adalah sangat cocok untuk digunakan dalam pemeriksaan kekasaran permukaan dari komponen-komponen mesin dalam jumlah besar yang proses pengerjaannya dengan proses permesinan tertentu. Hal ini dimungkinkan karena parameter Ra ternyata lebih peka dari pada parameter yang lain terhadap adanya perubahan kehalusan permukaan. Sehingga dengan demikian, bila diketahui adanya penyimpangan maka dengan segera bisa diambil tindakan pencegahannya.
Parameter Rt juga sering digunakan untuk menjelaskan ketidakteraturan permukaan.Dengan mengetahui harga Rt berarti dapat diketahui pula besarnya celah dari profil permukaan. Apabila dalamnya celah tersebut terlalu besar (dalam) yang berarti sudah melampaui batasbatas yang diijinkan bagi kehalusan suatu permukaan maka tindakan koreksi perlu diambil. Hal lain yang berkaitan dengan Rt ini adalah pengambilan sampel panjang pemeriksaan yang relatif pendek. Proses pengerjaan yang berusaha memperkecil harga Rt berarti berusaha memperoleh bentuk permukaan yang semakin mendekati standar kehalusan. Dengan cara ini berarti juga mempertinggi daya tahap kelelahan dari komponen.
Parameter Ku juga bisa digunakan untuk menjelaskan ketidakteraturan permukaan walaupun dalam penjelasannya dipengaruhi oleh besarnya Rp dan Rt. Ini berarti bahwa Ku tidak bisa berdiri sendiri untuk penjelasan permukaan. Untuk proses pengerjaan dengan mesin-mesin yang berbeda bisa saja diperoleh suatu bentuk permukaan dengan koefisien Ku yang hampir sama namun harga Rt-nya bisa jauh berbeda.
Dari penjelasan beberapa parameter di atas ternyata tidak dipengaruhi satu parameter pun yang dapat menjelaskan karakteristik permukaan secara sempurnya. Sistem yang digunakan dalam menurunkan atau menjabarkan parameter-parameter yang telah dikemukakan pada dasarnya menggunakan sistem M (meanline system). Ada pula sistem lain yaitu sistem E (envelope system) yang menjelaskan karakteristik permukaan dari segi fisisnya. Berarti, secara teoritis sistem M lebih baik dari pada sistem E. Hanya sayangnya, peralatan ukur yang bekerjanya berdasarkan sistem E ini kurang begitu dikenal maka dalam praktek-praktek pengukuran di industri sistem E tidak banyak digunakan.
2.1.3    Penulisan Spesifikasi Permukaan dalam Gambar Teknik
Meskipun tidak ada satu parameter pun yang bisa digunakan untuk menjelaskan ketidak teraturan suatu permukaan secara sempurna, namun salah satu atau beberapa parameter permukaan masih tetap digunakan orang. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan suatu persyaratan yang diinginkan dalam usaha mendapatkan suatu produk dengan tingkat kehalusan semaksimal mungin sesuai dengan kualitas fungsional dari komponen yang dibuat. Untuk mendapatkan informasi yang jelas mengenai bentuk permukaan yang harus dibuat maka beberapa simbol harus dicantumkan dalam gambar teknik. Agar diperoleh suatu keseragaman bahasa dalam menterjemahkan simbol tersebut maka badan standar internasional ISO dengan rekomendasinya R 1302 telah menganjurkan cara penulisan spesifikasi permukaan. Simbol untuk pengerjaan permukaan menurut ISO R 1302 pada dasarnya berupa segitiga sama sisi yang salah satu ujungnya tepat pada permukaan yang bersangkuran. Salah satu contoh penulisan spesifikasi dari permukaan dapat diihat pada Gambar 2.15. Beberapa keterangan singkat dari simbol penulisan spesifikasi permukaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 2.15. Simbol Spesifikasi Permukaan
a. Angka (1.5) menunjukkan bahwa dimensi permukaan yang akan di kerjakan harus diberi kelonggaran sebesar 1.5 milimeter sebelum dilakukan penyelesaian akhir (finishing) melalui permesinan. Dalam prakteknya, pencantuman angka kelonggaran ini tidak diharuskan ada karena biasanya sudah diketahui bahwa untuk pemrosesan kembali suatu permukaan sudah tentu harus ada kelebihan dimensi ukuran dari permukaan tersebut. Dalam gambar kerja, biasanya dicantumkan angka kelonggaran, tetapi angka kelonggaran untuk permesinan.
b. Angka 0.8 menunjukkan bahwa kekasaran rata-rata maksimum yang diijinkan adalah 0.8 µm. Pada Tabel 1. dapat dilihat angka-angka kekasaran Ra dari 12 kelas kekasaran. Ada pula satuan lain yang biasa digunakan untuk menyatakan harga kekasaran rata-rata selain µm yaitu microinch atau ru, 1 ru = 0.025 µm.
c. Pada bagian atas dari tanda segitiga terdapat tulisan yang berbunyi proses frais, artinya: penyelesaian akhir dari permukaan (finishing) dilakukan dengan menggunakan mesin frais (milling machine). Kadang-kadang dicantumkan pula keterangan lain dalam penyelesaian permukaan, misalnya proses pengerasan, proses pelapisan, proses pancaran pasir, dan sebagainya.
d. Angka 2.5 menunjukkan angka panjangnya sampel pengukuran yang harus diambil dalam pemeriksaan kekasaran permukaan dari komponen yang dibuat tersebut. Jadi, angka 2.5 pada contoh di atas artinya adalah panjang sampel untuk pemeriksaan kekasaran sama dengan 2.5 milimeter.
e. Tanda (Rt = ...) menunjukkan bahwa harga parameter yang lain selain Ra perlu diperhatikan dalam proses akhir permesinan dari suatu permukaan.
f. Tanda ^ menunjukkan bahwa arah bekas pengerjaan harus tegak lurus pada bidang proyeksi dari penampang tepat tanda dipakai.
American Standard Association (ASA) juga telah memberikan rekomendasinya dalam kaitannya dengan penulisan spesifikasi permukaan dan parameter-parameter yang digunakan dalam menjelaskan karakteristik permukaan. Gambar 2.16. menunjukkan contoh penulisan spesifikasi permukaan berdasarkan ASA. B46.1-1962. Simbol yang digunakan oleh ASA. B46.1-1962 untuk mengkomunikasi standard permukaan melalui gambar teknik ternyata tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh ISO R 1302. Yang berbeda adalah pada sistem satuannya, yaitu dalam microinch untuk ASA b 46.1 dan micrometer (µm) untuk ISO 1302.
Gambar 2.16. Simbol Penulisan Spesifikasi Permukaan Dapat Parameter-parameternya Menurut ASA B46.1 – 1962
Mengenai tanda atau simbol bekas pengerjaan (lay) ada beberapa macam antara lain yaitu :
 artinya: arah bekas pengerjaan sejajar dengan bidang proyeksi dari potongan tempat tanda dipakai.
^ artinya: arah bekas pengerjaan tegak lurus bidang proyeksi dari penampang tempat tanda dipakai.
X artinya: arah bekas pengerjaan bersilangan pada dua arah terhadap bidang proyeksi tempat tanda dipakai.
M artinya: arah bekas pengerjaan tidak teratur atau banyak arahnya (multi direction).
[  artinya: arah bekas pengerjaan harmpir berupa lingkaran-lingkaran terhadap pusat permukaan tempat tanda dipakai.
R artinya: arah bekas pengerjaan mendekati radial terhadap pusat permukaan tempat tanda dipakai.
2.1.4    Cara Pengukuran Permukaan
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memeriksa tingkat kekasaran permukaan. Cara yang paling sederhana adalah dengan meraba atau menggaruk permukaan yang diperiksa. Cara ini sudah tentu ada beberapa kelemahannya, karena sifatnya hanya membandingkan saja. Dan dasar pengambilan keputusan baik tidaknya suatu permukaan adalah berdasarkan perasaan si pengukur belaka yang antara pengukur yang satu dengan lainnya sudah tentu terdapat perbedaan. Cara lain yang lebih teliti lagi adalah dengan menggunakan peralatan yang dilengkapi dengan jarum peraba (stylus). Peralatan ini memiliki sistem kerja berdasarkan prinsip elektris. Dengan peralatan yang dilengkapi dengan stylus ini maka hasil pengukuran permukaan bisa langsung dibaca. Bila dilihat dari proses pengukurannya maka cara pengukuran permukaan dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: pengukuran permukaan secara tak langsung atau membandingkan dan pengukuran permukaan secara langsung.
A. Pengukuran Kekasaran Permukaan Secara Tidak Langsung
Dalam pemeriksaan permukaan secara tidak langsung atau membandingkan ini ada beberapa cara yang bisa dilakukan, antara lain yaitu dengan meraba (touch inspection), dengan melihat/mengamati (visual inspection), dengan menggaruk (scratch inspection), dengan mikroskop (microscopic inspection) dan dengan potografi permukaan (surface photographs).
1.  Pemeriksaan Kekasaran Permukaan dengan Cara Meraba
(Touch Inspection)
Pemeriksaan kekasaran di sini adalah dengan meraba muka ukur. Sebagai alat perabanya adalah ujung jari. Dengan kepekaan perasaan dalam meraba maka dapat dirasakan kasar halusnya suatu permukaan. Untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kehalusannya biasanya dilakukan dengan permukaan standar (surface finish comparator). Dalam laboratorium pengukuran atau dalam bengkel-bengkel mesin biasanya dilengkapi dengan alat ukur pembanding kekasaran permukaan. Alat ukur pembanding kekasaran permukaan ini ditempatkan dalam satu set yang terdiri dari beberapa lempengan baja yang masing-masing lempengan mempunyai angka kekasaran sendiri-sendiri. Karena proses pengerjaan mesin bisa dilakukan dengan mesin bubut, mesin sekrap, mesin frais, mesin gerinda dan sebagainya, maka alat ukur pembanding kekasaran permukaan pun dikelompokkan menurut jenis mesin yang digunakan. Dengan demikian, dalam laboratorium pengukuran atau bengkel mesin biasanya selalu tersedia beberapa set alat ukur pembanding kekasaran permukaan (surface finish comparator) yang sudah dikelompokkan sesuai dengan jenis mesin yang digunakan untuk pembuatannya.
Jadi, dengan adanya alat ukur pembanding kekasaran permukaan maka dapat diperkirakan besarnya tingkat kekasaran permukaan yang diperiksa. Yang perlu diperhatikan adalah alat ukur pembanding kekasaran permukaan yang digunakan harus sesuai jenis mesin yang dipakai. Jadi, bila permukaan yang akan diperiksa dikerjakan dengan mesin bubut maka alat ukur pembanding kekasaran permukaan yang digunakan adalah set kekasaran permukaan kerja bubut. Permukaan yang diperiksa diraba dengan ujung jari, kemudian ganti meraba beberapa lempengan alat ukur pembanding kekasaran permukaan. Bila dirasakan ada salah satu lempengan yang tingkat kehalusannya sama dengan kehalusan dari permukaan yang diperiksa bahwa kehalusan permukaan yang diperiksa adalah sama dengan kehalusan permukaan pembanding. Angka tingkat kehalusan/kekasaran bisa dibaca pada lempengan dari pembanding. Dengan cara yang sama maka pemeriksaan kekasaran bisa dilakukan dengan melihat dan menggaruk permukaan kemudian ganti melihat dan menggaruk permukaan alat ukur pembanding kekasaran. Jadi, dengan mata telanjang bisa juga dilakukan pemeriksaan (visual inspection) suatu permukaan, yaitu melihat permukaan yang diperiksa kemudian melihat kehalusan permukaan pembanding. Dari perbandingan dengan melihat ini bisa ditentukan permukaan pembanding yang mana yang kira-kira sama dengan permukaan yang diperiksa. Demikian juga halnya dengan menggaruk permukaan (scratch inspection). Permukaan yang diperiksa digaruk dengan kuku, kemudian ganti menggaruk permukaan pembanding. Dengan perbandingan menggaruk permukaan ini maka dapat diperkirakan permukaan pembanding yang mana yang sama dengan permukaan yang diperiksa. Besarnya angka tingkat kehalusan bisa dibaca pada angka yang tercantum untuk permukaan pembanding.
Dari pemeriksaan permukaan dengan meraba, melihat dan menggaruk di atas jelas bahwa ada beberapa kelemahan yaitu dari sudut penentuan besarnya angka tingkat kehalusan permukaan. Hal ini disebabkan sulitnya menentukan besarnya tingkat kehalusan yang hanya berdasarkan pada kepekaan perasaan individu. Di samping itu, perasaan dari meraba, melihat dan menggaruk permukaan antara individu yang satu dengan yang lain sudah tentu ada perbedaannya. Meskipun demikian, cara-cara pemeriksaan permukaan dengan perbandingan di atas cukup efisien digunakan dalam praktek kerja mesin dan pengepasan maupun pada produksi komponen-komponen yang tingkat kehalusannya tidak begitu ditekankan. Bila pemeriksaan kekasaran permukaan harus dilakukan dengan cara meraba, melihat dan menggaruk, maka sebaiknya perlu juga dilakukan pemeriksaan kekasaran permukaan dengan stylus. Hal ini dimaksudkan untuk sebagai beban perbandingan antara harga Ra yang diperoleh dari meraba atau menggaruk dengan harga Ra yang diperoleh dengan stylus. Jadi, sifatnya hanya mengecek harga Ra yang diperoleh dari pemeriksaan secara tidak langsung.
2.  Pemeriksaan Kekasaran Permukaan dengan Mikroskop
(Microscopic Inspection)
Cara pemeriksaan kekasaran permukaan dengan menggunakan mikroskop adalah metode yang lebih baik dari pada cara yang sudah dibicarakan yaitu meraba, melihat dan menggaruk permukaan. Keterbatasan pemeriksaan permukaan dengan mikroskop ini adalah pengambilan bagian permukaan yang sempit setiap kali akan melakukan pengukuran. Maka dari itu, dalam pemeriksaan kekasaran permukaan harus dilakukan berulang-ulang untuk kemudian dicari harga rataratanya. Pemeriksaan kekasaran permukaan dengan mikroskop ini termasuk juga salah satu pengukuran dengan cara membandingkan, yaitu membandingkan hasil pemeriksaan permukaan yang diukur dengan permukaan dari pembanding yang kedua-duanya dilihat dengan mikroskop. Pertama melihat permukaan ukur dengan mikroskop, kemudian ganti melihat permukaan pembanding. Dengan membandingkan kedua permukaan yang dilihat dengan mikroskop ini maka dapat dianalisis bagaimana keadaan yang sesungguhnya dari permukaan yang diperiksa.
3.  Pemeriksaan Kekasaran Permukaan dengan Poto (Surface Photograph)
Pengukuran dengan cara ini adalah mengambil gambar atau memotret permukaan yang akan diperiksa. Kemudian poto permukaan tersebut diperbesar dengan perbesaran yang berbeda-beda. Perbesaran yang diambil adalah perbesaran secara vertikal. Dengan membandingkan hasil perbesaran poto permukaan yang berbeda-beda ini maka dapat dianalisis ketidakteraturan dari permukaan yang diperiksa.
4.  Pemeriksaan Kekasaran dengan Peralatan Kekasaran Secara Mekanik
(Mechanical Roughness Instrument)
Mechanical Roughness Instrument yang disingkat dengan MECRIN adalah peralatan untuk memeriksa kekasaran permukaan yang merupakan perkembangan dari cara perabaan atau penggarukan permukaan. Alat ini bekerja dengan sistem mekanik dan diproduksi oleh Messrs. Ruber and Co. Peralatan ini hanya cocok untuk permukaan yang tidak teratur. Sebagai peraba dari alat ini adalah sebuah pelat tipis. Alat ini terdiri dari pelat tipis sebagai peraba, penutup pelat, jam ukur (dial indicator) dan kait pengatur.
Pada waktu bekerja, pelat peraba akan tetap lurus dan bisa melengkung tergantung pada tingkat kekasaran permukaan dan sudut kemiringan dalam menekankan peraba pada permukaan ukur. Bila sudut kemiringan dibawah sudut kritisnya maka pelat peraba akan dengan mudah meluncur di atas permukaan dalam keadaan tetap lurus. Bila sudut kemiringannya diperbesar maka peraba akan melengkung. Pada saat peraba mulai melengkung inilah terdapat sudut kritis (critical angle) antara pelat peraba dengan permukaan. Dengan demikian berarti bahwa makin halus permukaan makin besar pula sudut kritisnya. Jadi, sudut kemiringan ini merupakan fungsi dari tingkat kekasaran permukaan yang diperiksa. Perubahan sudut ini dapat diamati pada penutup peraba yang tembus pandang (transparant) dan perubahan bentuk pelat peraba ini akan mempengaruhi posisi dari jarum penunjuk jam ukur (dial indicator). Pada piringan jam ukur tercantum simbol-simbol kelas kekasaran. Dengan demikian, setiap kali pengukuran permukaan bisa dilihat di mana letak posisi jarum penunjuk jam ukur yang pada posisi itulah kelas kekasaran dari permukaan yang diukur.
Untuk menjaga ketelitian maka alat ukur MECRIN ini juga harus dikalibrasi dalam periode waktu tertentu. Sebagai benda pembanding dalam mengkalibrasi alat ukur MECRIN adalah baja karbon specimen yang sudah dikeraskan yang mempunyai harga normal Ra antara 0.1 µm dan 0.4 µm. Dan toleransi yang diberikan untuk alat ini adalah ± 12%.
Alat ukur kekasaran secara mekanis (MECRIN) secara umum bisa digunakan untuk tujuan-tujuan:
a.    Sebagai alat pembanding untuk menentukan permukaan yang mana yang lebih kasar dalam pemeriksaan dua permukaan.
b.    Sebagai alat ukur batas untuk kekasaran, yaitu dalam kaitannya dengan GO dan NOT GO.
c.    Untuk memeriksa arah bekas pengerjaan permukaan (lay).
d.   Untuk mengukur kedalaman kekasaran yang dalamnya sampai 1 mm yang tidak bisa diperiksa dengan stylus.
e.    Sebagai pembanding permukaan selain logam, misalnya kertas, plastik, kayu, permukaan-permukaan yang dicat, dan sebagainya.
f.     Untuk melengkapi harga-harga Ra dari permukaan-permukaan yang relatif halus.
5.   Alat Ukur Kedalaman Kekasaran (The Dial Depth Gauge)
Untuk harga kekasaran Ra di atas 5.0 µm, misalnya permukaan yang dikerjakan dengan sekrap, perlu diperiksa dengan peralatan yang lebih cocok karena keterbatasan dari penggunaan peralatan stylus. Salah satu peralatan ukur yang dikembangkan untuk maksud di atas adalah alat ukur kedalaman kekasaran (Dial Dept Gauge). Keuntungan dari alat ini adalah dapat dilakukan pengukuran secara cepat tanpa harus membuat grafik kekasaran permukaan terlebih dulu.
Bentuk pengukur kedalaman kekasaran ini hampir sama dengan jam ukur, namun perabanya diganti dengan sebuah silinder dari baja atau diamond yang berfungsi sebagai stylus. Pada bagian stylus ini dilengkapi dengan dua atau tiga penyentuh data (datum attachment) yang bisa diatur untuk permukaan yang rata atau bulat. Pada waktu digunakan, posisi nol jam ukur harus disetel yaitu tepat pada saat stylus menyentuh alur kekasaran. Kemudian kaki dari datum attachment ditekankan ke permukaan. Dari sini baru dibaca skala ukurnya. Cara ini diulang-ulang sampai empat atau lima kali, kemudian harga pemeriksaannya di rata-ratakan. Harga rata-rata ini adalah sama dengan Rz. Harga pembacaan tertinggi adalah harga Rt.
Pembahasan peralatan ukur untuk kekasaran permukaan MECRIN dan Dial Depth Gauge sebetulnya bisa juga dikatakan dengan pemeriksaan permukaan secara langsung. Hanya saja sistem kerjanya secara mekanis dan juga tidak diperoleh grafik kekasaran permukaan pada saat pengukuran dilakukan dengan kedua alat tersebut. Yang bisa dibaca langsung dari kedua alat ini adalah harga Ra-nya.
B. Pemeriksaan Kekasaran Permukaan Secara Langsung
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pemeriksaan permukaan secara langsung adalah dengan menggunakan peralatan yang dilengkapi dengan peraba yang disebut stylus. Pada pembahasan alat ukur MECRIN dan Dial Depth juga telah disinggung adanya kata stylus. Stylus merupakan peraba dari alat ukur kekasaran permukaan yang bentuknya konis atau piramida. Bagian ujung dari stylus ini ada yang berbentuk rata dan ada pula yang berbentuk radius. Untuk ujung stylus yang berbentuk radius, jari-jari keradiusannya biasanya sekitar 2 µm.
Bila stylus bergeser maka setiap perubahan yang dialami oleh stylus karena permukaan yang tidak halus akan nampak pada kertas grafik dari peralatan ukurnya karena perubahan ini terekam secara otomatis. Dengan adanya bagian pembesar pada peralatan ukurnya (amplifier) kekasaran permukaan yang tidak jelas dilihat dengan mata akan nampak lebih jelas tergambar pada kertas di bagian recorder (perekam) jalannya stylus. Pada bagian daerah stylus biasanya dilengkapi dengan skid atau datum attachment. Fungsi skid ini pada dasarnya adalah penahan dan pengatur menyentuhnya stylus terhadap permukaan ukur. Bentuk skid ini ada yang berbentuk kurve dan ada pula yang rata. Jadi, perlengkapan secara umum dari peralatan ukur kekasaran permukaan dengan stylus yang bekerjanya berdasarkan prinsip kelistriksan adalah peraba (stylus), skid, amplifier, perekam (recorder) dan bagian pencatat semua profil kekasaran yang direkam. Beberapa peralatan ukur permukaan yang menggunakan stylus ini antara lain adalah profilometer, The Tomlinson Surface Meter dan The Taylor-Hobson Taysurf.
1.  Pemeriksaan Kekasaran Permukaan dengan Profilometer
Sistem kerja dari profilometer pada dasarnya sama dengan prinsip peralatan gramophone. Perubahan gerakan stylus sepanjang muka ukur dapat dibaca pada bagian amplimeter. Gerakan stylus bisa dilakukan dengan tangan dan bisa secara otomatis dengan yang dilakukan oleh motor penggeraknya. Angka yang ditunjukkan pada bagian skala adalah angka tinggi rata-rata dari kekasarannya. Sebagai contoh hasil pemeriksaan permukaan dengan profilometer dapat dilihat sampel pengukuran berikut ini.
Gambar 2.17. Pemeriksaan Kekasaran Permukaan dengan Profilometer
Misalnya:
A = 4          F = 20              K = 21
B = 16        G = 25             L = 15
C = 22        H = 19             M = 5
D = 15        I = 30
E = 28         J = 11
Jumlah puncak dan lembah yaitu jumlah dari titik A sampai dengan titik M adalah = 231. Sedangkan jumlah kuadratnya adalah = 463. Jadi, harga rata-rata kekasaran aritmetis adalah  = 17.7 microinch. Sedangkan harga kekasaran rata-rata kuadratis adalah  = 19.3 microinch.
2.  Alat Ukur Permukaan Tomlinson Surface Meter
Alat pengukur kekasaran permukaan ini memiliki prinsip kerja mekanis optis yang dirancang oleh Dr. Tomlinson dari National Physical Laboratory (NPL). Peralatan ukur Tomlinson Surface Meter terdiri dari beberapa komponen antara lain yaitu: stylus, skid, pegas spiral, pegas daun, rol tetap, kaca tetap yang dilapisi bahan tertentu sehingga terdapat bekas ada goresan pada permukaannya (smoked glass) dan badan (body). Disini gerakan stylus hanya dibatasi khusus pada gerakan vertikal saja. Gerakan vertikal ini terjadi karena ada pengaruh dari pegas spiral dan pegas daun. Gaya dari pegas spiral menyebabkan timbulnya gaya yang sama pada pegas daun. Gerak stylus secara vertikal akan menyebabkan sebuah lengan dari pelat tipis yang ujungnya dilengkapi dengan penggores ikut bergerak. Bahan penggores tersebut dari diamond. Bergeraknya ujung penggores dari diamond ini akan menyebabkan terjadinya goresan pada kaca. Karena kaca ini sudah diberi bahan tertentu (smoked glass) maka setiap goresan pada permukaannya akan menjadi jelas. Agar bekas goresan tidak hanya mengarah secara vertikal saja maka badan (body) harus digerakkan secara horizontal. Gerakan horizontal dari badan dapat dilakukan dengan memutar mur penggerak yang dalam satu putaran mur memakan waktu kira-kira 1 menit. Perputaran mur ini dilakukan oleh motor. Selama terjadi gerakan horizonal dari badan kaca tempat penggoresan tetap pada posisinya. Dengan adanya gerakan horizontal dan vertikal secara bersama-sama ini maka bekas goresan akan nampak seperti ada lembah dan puncak yang tajam berjejer secara bersambung dalam arah mendatar. Terjadinya bekas goresan vertikal dengan puncak dan lembah yang nampak jelas pada kaca disebabkan adanya perbesaran vertikal 100 kali.
Peralatan Tomlinson Surface Meter dilengkapi juga dengan proyektor optis yang digunakan memproyeksikan goresan yang ada pada kaca. Dalam proses proyeksi ini juga ada perbesaran 50 kali. Dengan adanya perbesaran 50 kali ini maka hasil proyeksi dari goresan pada kaca diperbesar secara vertikal sebanyak 5000 kali dan secara horizontal 50 kali. Hasil perbesaran ini kemudian diambil, bisa dilakukan dengan tangan atau bisa juga dengan memotretnya. Selanjutnya, dengan data ini maka ketidak teraturan permukaan yang diperiksa bisa dianalisis.
3.  Alat Ukur Permukaan Taylor-Hobson Talysurf
Alat ukur permukaan in imerupakan alat ukur elektronik dan bekerja atas dasar prinsip modulasi (modulating priciple). Pada dasarnya, Taylor-Hobson Talysurf ini bentuknya hampir sama dengan Tomlinson Surface Meter, bedanya hanya terletak pada sistem perbesarannya. Alat ukur Taylor-Hobson Talysurf dapat memberikan informasi yang lebih cepat dan bahkan lebih teliti dari pada Tomlinson Surface Meter.
Seperti halnya pada Tomlinson Surface Meter, pada Taylor-Hobson Talysurf juga terdapat stylus dari diamond dengan bentuk radius yang berjari-jari 0.002 mm. Juga terdapat skid yang membantu mengatur kontaknya ujung stylus dengan muka ukur. Stylus dan skid akan bergerak secara elektronik karena adanya motor penggerak. Pada bagian stylus dan skid terdapat peralatan yang berbentuk E (E-shaped stamping), bagian tengahnya menahan/menyentuh lengan/pemegang stylus dan bagian kedua kakinya terdapat belitan (coil) kawat sebagai media lewatnya arus. Setiap ada perubahan yang dialami oleh stylus akan menyebabkan terjadinya jarak (air gap) antara lengan stylus dengan kaki tengah penekan berbentuk E. Besarnya jarak (air gap) ini bervariasi sesuai dengan variasi kekasaran permukaan yang diperiksa. Dengan demikian amplitudo yang terjadi pada koil dimodulasi. Dengan adanya perlengkapan demodulator maka arus dari koil ini diberikan secara langsung dengan proporsi tertentu ke gerakan vertikal dari stylus. Bekerjanya demodulator ini menyebabkan beroperasinya pena dari recorder/perekam yang menghasilkan suatu rekaman yang bersifat tetap (permanent). Untuk mengetahui ketidak teraturan permukaan dalam bentuk angka bisa dilihat pada bagian skala ukurnya (meter) yang dapat dibaca secara langsung. Sedangkan gambar dari kekasaran permukaan yang direkam oleh rekorder akan tampak pada kertas yang dilapisi karbon (carbon-backed paper). Dengan adanya pengaruh kelistrikan maka kertas tersebut mudah timbul gambar/bekas bila tergores.

2.2.      Alat Ukur Kekasaran Permukaan
         Dalam mengidentifikasi adanya kekasaran dapat dibantu pada alat ukur  kekasaran permukaan. Alat ukur kekasaran permukaan memiliki prinsip kerja jenis opto-elektrik yang dirancang dengan penggabungan beberapa prinsip dasar berikut :
1. Fotosel (photocell / photodicate)
         Fotosel merupakan komponen elektronik yang peka terhadap sinar yang jatuh pada permukaan aktifnya.
2. Berkas cahaya dari suatu sumber cahaya (lampu atau LED (light emiting diode) diarahkan oleh sistem optik agar dapat mengenai fotosel.
3. Suatu sistem optik (gabungan opto-mekanik) yang dirancang untuk mendeteksi perubahan gerakan, diusahakan untuk mengubah intensitas cahaya yang mengenai fotosel yaitu pada saat terjadi perubahan gerakan.
4. Pengolahan sinyal fotosel (besaran listrik) sedemikian rupa sehingga korelasi (hubungan) antara perubahan intensitas cahaya dengan perubahan gerakan dapat dibaca dengan kecermatan tertentu.
         Alat ukur permukaan dengan prinsip kerja yang dijelaskan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.18 Sensor alat ukur kekasaran permukaan menggunakan pengubah (mekano) opto-elektrik
                  Sensor yang berupa ujung jarum diatur sehingga menempel pada permukaan yang akan diukur kekasarannya (sampai penunjuk skala berhenti pada posisi nol). Sistem mekanik, optik, elektrik, dan pengolah data pengukuran berpungsi sebagai berikut :
1. Sistem Mekanik
Akibat tekanan pegas pada batang ayun sensor akan selalu menempel pada permukaan. Poros alat ukur digeserkan (digerakkan oleh motor yang dikontrol kecepatannya). Sepanjang sampel kekasaran dan sensor menggeser sambil bergerak turun naik mengikuti profil permukaan. Gerakkan sensor menggoyangkan batang ayun pada engselnya dan pelat bercelah mengikutinya sesuai dengan perbandingan jarak sensor engsel dan pelat engsel.
2. Sistem Optik
Berkas cahaya diarahkan pada sepanjang fotosel melalui celah. Akibat goyangan celah, kedua fotosel akan menerima cahaya dengan bergantian intensitasnya. Saat celah bergerak keatas fotosel yang diatas akan menerima cahaya dengan intensitas yang lebih besar dari pada yang diterima fotosel yang berada di bawah, dan begitu juga sebaliknya.
3. Sistem Elektrik
Perubahan sinyal listrik karena perubahan intensitas cahaya pada sepanjang fotosel secara sistematik mengikuti irama goyangan celah (naik turunnya sensor mengikuti profil permukaan) dapat diproses secara elektronik.
4. Sistem Pengolah Data
Grafik kekasaran permukaan ini adalah hasil pengubahan sinyal sensor menjadi sinyal analog besaran listrik (ampere) dan direkam dengan perekam jenis galvanometer.
Alat ukur kekasaran permukaan memiliki kapasitas ukur yang terbatas (0,1 mm). Kapasitas pengukuran dapat diperpanjang dengan membuat batang pengubah intensitas cahaya sama dengan batang skala inductosin (kapasitas ukur panjang skala dikurangi panjang slider). Pengubah intensitas cahaya dapat berupa batang skala terbuat dari gelas (transparan). Dengan teknik fhotoligrafi garis-garis skala dibuat dipermukaan gelas dengan kecermatan yang sangat tinggi (pits ; p=0,008 mm) dan dinamakan sebagai skala ukur.  Reaksi fotosel atas cahaya yang datang pada permukaan aktifnya dapat dianggap sebagai dua kondisi, yaitu : kondisi ON (satu) dan kondisi OFF (nol).
a) Kondisi ON
Skala pada slider akan menempati posisi yang sama dengan skala pada batang skala dan berkas cahaya dapat melewati celah-celah antar garis.
b) Kondisi OFF
Garis-garis skala pada slider menempati posisi yang persis pada celah antar garis-garis pada batang skala sehingga berkas cahaya tidak bisa lewat.

2.3.      Bagian-bagian Alat Ukur Kekasaran Permukaan
            Pada alat ukur kekasaran permukaan terdiri dari beberapa bagian-bagian yang memiliki pungsi berbeda. Bagian-bagian alat ukur akan di jelaskan sebagai berikut :
1. Pick-up (PU-A2)
Gambar 2.19 Pick-up (PU-A2)
                  Pick-up digunakan sebagai sensor yang memiliki prinsip kerja opto-mekanik. Pada pick-up terdapat batang ayun sebagai dudukan sensor dan pengubah gerakan sensor pada batang membuat pelat pada ujung lain batang ikut bergerak. Cahaya yang dipantulkan ke pelat akan melewati lubang pada pelat. Lalu naik-turunnya cahaya diterima oleh fotosel. Skematik pada pelat dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 2.20 Prinsip opto-mekanik
2. Drive Unit (DR-30x31)

Gambar 2.21. Drive Unit (DR-30x31)

Drive unit merupakan alat elektrik yang menerima respon dari pick-up. Pada drive unit terdapat kalibrasi agar pengukuran yang didapatkan sesuai acuan standart. Drive unit merupakan alat pencatat yang dihasilkan oleh fotosel.
3. Amplifier (AS-1700)
Gambar 2.22 Amplifier (AS-1700)
Pada amplifier ini merupakan alat yang membantu menampilkan grafik yang dibaca oleh drive unit. Pada amplifier terdapat layar, lalu proses pengukuran dilakukan pada amplifier. Hasil grafik yang didapatkan dapat di cetak pada kertas grafik agar dapat di analisa mengenai parameter yang di dapatkan dari grafik profil benda ukur.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                             

BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan
1.         Alat ukur kekasaran adalah alat yang digunakan untuk mengukur salah satu penyimpangan yang disebabkan oleh kondisi pemotongan dari proses pemesinan.
2.         Kekasaran permukaan dapat diwakilkan kedalam sebuah grafik yang memiliki bentuk yang sama dengan profil yang diukur.
3.         Pengukuran kekasaran permukaan merupakan suatu pengukuran untuk mendapatkan profil permukaan dalam ukuran mikro. Dari hasil-hasil pengukuran akan didapat grafik dari profil permukaan. Dan pada grafik tersebut dapat dianalisa bentuknya. Lalu akan didapat parameter kekasaran permukaan, yaitu berupa Kekasaran total (Rt), Kekasaran perataan (Rp), Kekasaran rata-rata aritmetik (Ra),  Kekasaran rata-rata kuadratik (Rg), Kekasaran total rata-rata (Rz).

3.2       Saran
Untuk lebih meningkatkan pemahaman dan kecakapan dalam menggunakan alat ukur sehingga perlu dilakukan praktikum tentang pengukuran yang telah di ajarkan dari teori yang telah ditulis dalam makalah ini.




DAFTAR PUSTAKA

Anonim.http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Pengukuran%20Kekasaran%20Permukaan.pdf. Diakses tanggal 7 Oktober 2013 pukul 21.00 WIB
Rochim taufiq, “Spesifikasi metrologi dan control kualitas geometrik 2”, Penerbit ITB Bandung, 2006.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Macam Sistem Pendinginan Udara

Sistem Pendinginan Udara Pendinginan oleh aliran udara secara alamiah      Pada sistem ini panas yang dihasilkan oleh pembakaran gas dalam ruang bakar sebagian dirambatkan keluar dengan menggunakan sirip-sirip pendingin (cooling fins) yang dipasangkan di bagian luar silinder (Gambar 1). Pada tempat yang suhunya lebih tinggi yaitu pada ruang bakar diberi sirip pendingin yang lebih panjang daripada sirip pendingin yang terdapat di sekitar silinder yang suhunya lebih  rendah. Gambar 1. Pendinginan Udara Secara Alamiah Pendinginan oleh tekanan udara      Udara yang menyerap panas dari sirip-sirip pendingin harus berbentuk aliran atau udaranya hrus mengalir agar suhu udara di sekitar sirip tetap rendah sehingga penyerapan panas tetap berlangsung sempurna. Hal ini dapat dicapai dengan jalan menggerakkan sirip pendingin atau udaranya. Bila sirip pendingin yang di...

Energi Biomassa

Biomassa Energi 2.1.       Klasifikasi Biomassa 2.1.1.    Definisi Biomassa   “Apa Itu Biomassa?”,   kata “biomassa” terdiri atas “bio” + “massa”,   dan istilah ini   mula-mula digunakan dalam bidang ekologi untuk merujuk   pada jumlah hewan dan tumbuhan.   Setelah isu goncangan minyak terjadi,   makna kata itu diperluas melebihi bidang ekologi dan maknanya kini menjadi “sumber daya   biologi sebagai sumber energi”,   dikarenakan ada desakan agar sumber   energi   alternatif (baru) dipromosikan.   Hingga kini masih belum ada definisi yang spesifik untuk biomassa dan definisinya bisa berbeda dari satu bidang ke bidang yang lain.   Dari perspektif sumber daya   energi,   definisi umumnya adalah “istilah umum untuk sumber daya   hewan dan tumbuhan serta limbah   yang berasal   darinya,   dimana ia terkumpul dalam jangka waktu tertentu (tidak   te...